Kemarau Panjang, Kekeringan di Gunungkidul Kian Meluas

0
18
Ilustrasi Foto: tvOneNews.com

RADARNASIONAL – Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu wilayah yang turut mengalami kekeringan akibat adanya musim kemarau yang berkepanjangan dari fenomena El Nino.

Berdasarkan catatan Badan dan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, kejadian terparah ada di wilayah Gunungkidul dimana kekeringan terjadi di 16 kapanewon, sedangkan di Bantul tercatat 6 kapanewon dan Kulon Progo sebanyak 5 kapanewon.

Dari 16 kapanewon yang terdampak setidaknya ada 33.000 kepala keluarga, dengan jumlah jiwa sekitar 118.000 orang yang kesulitan mendapatkan air bersih. Meski upaya penyaluran bantuan dropping air terus dilakukan, masih banyak masyarakat yang mengeluh lantaran tak mencukupi kebutuhan nya.

Salah satu yang mengeluhkan yakni Ruminingsih (40), warga Dusun Temuireng 2, Kalurahan Girisuko, kecamatan Panggang. Ia menceritakan sulitnya mengakses air hingga rela menjual ayamnya untuk bisa membeli satu tangki air untuk bisa dipakai kebutuhannya seperti mandi, minum, dan mencuci pakaian.

“Kami cuman bisa mengharapkan bantuan atau tumbas air meneh (beli air lagi) kalau kepaksa. Kadang sampai jual ayam (untuk membeli air),” kata Ruminingsih, Senin (25/9/2023).

Menurutnya dropping air bersih di wilayahnya saat ini sudah sangat jarang. Sehingga membuat dirinya bersama warga lain untuk patungan membeli air bersih. Namun hal itu tetap saja memberatkan apalagi prediksi musim kemarau ini akan berakhir pada Januari 2024 mendatang.

Oleh karenanya, Ruminingsih menyampaikan agar ada bantuan lainnya dari pemerintah yang masuk terutama untuk jangka panjang agar bisa menjadi solusi untuk memberikan akses air bersih di wilayahnya setiap kali musim kemarau tiba.

“Sudah diirit atau dihemat, harapannya bisa dapat perhatian lebih dari pemerintah seperti PAM bisa masuk kesini,” ucap dia.

Sementara warga lain, Jarwanto (42) mengeluhkan hal yang senada. Selama ini tidak ada sumber air yang bisa diakses secara praktis. Ia menceritakan soal sumur BOR yang gagal beroperasi di wilayahnya, sehingga sejak saat itu tidak pernah ada lagi upaya untuk menghadirkan sumur BOR di kecamatan Panggang itu.

“Sumur bor tidak ada, pernah nyoba ngebor di RT 02 itu gagal beberapa tahun yang lalu. Kalau harapan warga itu dari pemerintah itu PAM itu (bisa masuk) ke sini, harapannya itu,” ujar Jarwanto.

Atas kondisi itu, Pemerintah Gunungkidul kini telah menetapkan status siaga darurat kekeringan hingga tanggal 30 September mendatang. Beberapa kapanewon juga sudah mulai mendapatkan droping air bersih. Namun yang mengkhawatirkan, sumber air untuk pengisian tangki saat ini sudah mulai antre.

Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Gunungkidul, Sumadi mengatakan sudah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 358 tangki ke berbagai kapanewon yang terdampak kekeringan.

Dari persediaan semula yaitu 1060 tangki itu, masih didapati persediaan air sebanyak 702 hingga musim kemarau berakhir sesuai prediksi yakni pada November 2023 mendatang.

“Sampai tgl 23 september BPBD sudah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 358 tangki. Persediaan untuk musim kemarau tahun ini sebanyak 1.060 tangki,” kata Sumadi saat dikonfirmasi.

Menurutnya persediaan air bersih itu masih mencukupi dan pihaknya setiap hari masih rutin melakukan dropping air kepada wilayah yang mengajukan. Sumadi pun tak menepis bahwa kekeringan di Gunungkidul semakin meluas belakangan ini.

“Kita jadwalkan setiap hari untuk droping sesuai dengan usulan dari kapanewon,” jelas dia.

“Rata rata kondisi kekeringannya sama, terutama di wilayah selatan (Gunungkidul),” lanjutnya.

Sementara Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana ikut meminta Pemda ataupun Pemerintah Kabupaten supaya menjadikan masalah kekeringan ini sebagai persoalan yang serius. Apalagi masalah kekeringan ini bukanlah masalah baru, melainkan masalah lama yang selalu terjadi setiap tahun.

“Saat ini kondisi memprihatinkan, sumber air sangat terbatas, tanki air juga antri. Warga membeli air dalam tangki 5.000an liter dengan harga bervariasi antara Rp 250 sampai 350 ribu untuk beberapa KK. Belum tentu juga tanki mau mengirimkan ke lokasi lokasi yang tinggi sehingga warga kesulitan. Ngedrop tanki bisa sampai jam 12 malam atau jam 1 pagi,” kata Huda.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini