RADARNASIONAL – Apakah polusi udara menyebabkan kematian dini? Pertanyaan ini sangat relevan dengan kondisi polusi udara yang terjadi di Jakarta dan beberapa tempat di Indonesia.
Menurut website pemantau kualitas udara IQAir, tingkat polusi udara di Jakarta tergolong tidak sehat. Berdasarkan data IQAir pada Jumat (25/8/2023) pukul 06.00 WIB kualitas udara di Jakarta kembali ke status tidak sehat dengan indeks kualitas udara AQI US 155 dan polutan utama PM2.5. Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 12.8 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO. Cuaca Jakarta pagi ini masih berkabut dengan suhu 24 derajat celcius, kelembapan 94%, angin 7,4 hm/h dan tekanan 1.011 mbar.
Jumlah kematian akibat polusi udara yang paling banyak dikutip dan diperbarui secara berkala berasal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan studi Beban Penyakit Global yang dilakukan The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME). Perkiraan terbaru mereka sangat mirip – masing-masing memperkirakan 7 juta dan 6,7 juta kematian per tahun. Kematian ini disebabkan oleh polusi dalam dan luar ruangan dan berasal dari sumber polusi udara yang disebabkan oleh manusia dan alami.
Sebuah penelitan yang diterbitkan dalam Journal of the American Heart Association, menganalisis polusi partikel sebagai faktor risiko kematian dan kecacatan dari data yang tersedia di 204 negara. Dalam penelitian ini terlihat jumlah kematian dini dan kecacatan selama bertahun-tahun akibat penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh polusi udara partikel.
Partikel dengan diameter 10 mikrometer (10 juta meter) atau kurang dapat masuk jauh ke dalam paru-paru seseorang. Namun partikel yang paling merusak kesehatan berukuran lebih kecil. Mereka yang berdiameter 2,5 mikrometer atau kurang – disingkat PM2.5 – dapat menembus penghalang paru-paru dan memasuki sistem darah seseorang. Ini adalah partikel yang sangat halus. 2,5 mikrometer kira-kira sepertiga diameter rambut manusia.
Paparan berbahaya terhadap Polusi PM diambil menggunakan pembaruan 2019 untuk studi Global Burden of Disease (GBD) yang memasukkan informasi menggunakan satelit dan pelaporan permukaan tanah.
Selanjutnya, para peneliti dari Tehran University of Medical Sciences di Iran menganalisis tahun-tahun kehidupan yang hilang karena kematian dini (YLLs), tahun hidup dengan disabilitas (YLDs), dan tahun-tahun kehidupan yang disesuaikan dengan disabilitas (DALYs). Studi dan analisis menunjukkan bahwa jumlah kematian dini dan kecacatan kardiovaskular yang disebabkan polusi udara PM meningkat 31% di seluruh dunia.