RADARNASIONAL – Para penggemar sepak bola di seluruh dunia menyaksikan bintang Argentina Lionel Messi mengangkat trofi Piala Dunia FIFA pada Minggu (19/12/2022) malam sambil mengenakan jubah tradisional Arab yang dikenal dengan sebutan bisht. Apa artinya ini?
Messi naik ke atas panggung untuk mengambil trofi, kemudian diberi jubah bisht berwarna hitam oleh Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani. Komentator BBC Guy Mowbray menyatakannya sebagai ‘malam raja sepak bola yang sebenarnya dimahkotai’.
Pemberian jubah Arab ini banyak mendapat pujian, tetapi banyak pula yang gagal memahaminya. Ada yang menilai bahwa penggunaan jubah ini malah menutup seragam Timnas Argentina yang menjadi kebanggaannya.
Banyak yang tidak mengerti betapa pentingnya pakaian yang dihormati di kawasan Teluk ini. Pemberian jubah ini, apalagi dengan motif dan bahan yang mahal, bisa menjadi simbol penghargaan kepada penerimanya seperti yang dilakukan Emir Qatar kepada Messi.
Bisht juga dikenal sebagai mishlaḥ atau aba yang merupakan jubah pria tradisional yang populer di dunia Arab. Awalnya bisht dipakai di musim dingin oleh suku Badui. Sekarang hanya dipakai untuk acara-acara khusus seperti pernikahan, festival, wisuda atau hari raya.
Bisht juga telah menjadi pilihan pakaian formal bagi politisi, ulama dan individu berpangkat tinggi di negara-negara Teluk Arab, Irak dan negara-negara di utara Arab Saudi selama berabad-abad. Para anggota keluarga kerajaan biasanya terlihat mengenakan pakaian tersebut saat menghadiri acara formal.
Jubah tradisional ini memiliki corak yang bisa diartikan sebagai pembeda bagi mereka yang memakainya. Penggunaan pakaian jenis ini sering dianggap sebagai tanda prestise atau status tinggi dan karenanya seni menjahit bisht adalah keterampilan bergengsi yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Catatan sejarah paling awal di mana bisht atau jubah Arab disebutkan mungkin adalah yang ada dalam buku sejarah sejarawan Yunani Herodotus, yang hidup pada abad kelima sebelum masehi. Dalam buku sejarah itu terungkap, “Tentara Arab mengenakan jubah panjang, yang mereka ikat di ikat pinggang, dan busur panjang mereka ada di lengan kanan, dan diletakkan terbalik.”
Menurut peneliti, asal linguistik dari kata bisht berasal dari bahasa Akkadia, bahasa masyarakat Irak di tanah Babilonia, yang merupakan dialek Semit dari dialek Semit asli dari bahasa Arab. Artinya sebuah prestise, serta keagungan dan konteks sejarah serta alam mengonfirmasi makna ini, karena para pangeran, penguasa, bangsawan dan orang dewasa biasa memakainya sepanjang sejarah dan zaman, sampai dianggap sebagai simbol prestise dan derajatnya di masyarakat.