RADARNASIONAL,- (Sleman),- — Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga menuntun manusia membangun peradaban yang berkeadaban.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DI Yogyakarta Dr. Yayan Suryana, M.Ag., dalam Baitul Arqam bertajuk “Islam Berkemajuan yang Berkeadaban” diselenggarakan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Depok diikuti Majelis PCM se Depok dan PRM se-Depok,Sleman, Sabtu (11-12/10/2025).

Menurutnya,Islam berkemajuan adalah paham keislaman yang menjadikan Islam sebagai kekuatan pencerahan dan pembaharuan untuk memajukan kehidupan manusia, dengan semangat tajdid yang menafsirkan ajaran Islam secara autentik dan kontekstual guna menjawab tantangan zaman, memerangi kebodohan dan kemerosotan akhlak serta mewujudkan peradaban yang unggul.
“Secara teologis, Islam berkemajuan, merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi sebagaimana pesan Al-Qur’an dalam surat Ali Imran ayat 104 dan 110.” ungkapnya.
Lebih jauh Yayan mengatakan berkeadaban berarti menjunjung tinggi nilai moral, spiritual, dan kemanusiaan dalam setiap aspek kehidupan. Dalam bahasa Al-Qur’an, konsep keadaban disebut sebagai ta’dib — proses pembentukan manusia yang sadar akan hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam semesta.
Keadaban adalah manifestasi kemuliaan manusia, dan topologi berkeadaban menjadi cara untuk memetakan bagaimana kemuliaan itu diwujudkan dalam kehidupan pribadi, sosial, dan kelembagaan,.
“Ia kemudian menguraikan tiga dimensi utama topologi berkeadaban. Keadaban spiritual adalah menempatkan Allah sebagai pusat orientasi kehidupan (tauhid).Menjalankan Ibadah bukan hanya ritual tapi sebagai bentuk kejujuran, amanah,dan tanggung jawab moral.
“Pemimpin berkeadaban dimulai dari integritas spiritual, hati yang bersih dari kesombongan kekuasaan,Disebutkan dalam Q.S.Al-Hujurat ayat 13, “Sesungguhnya orang yang paling .mulai di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa” ungkapnya.
Beribadah kepada Allah jangan berhenti di atas sajadah saja. Muhammadiyah luar biasa karena menghadirkan nilai spiritual dalam kehidupan nyata—tidak teosentris maupun antroposentris, tetapi teoantroposentris,” imbuhnya.
Kemudian, keadaban intelektual, yakni menghormati ilmu, membuka ruang dialog, dan menghargai perbedaan. Kader Muhammadiyah, harus berpikir kritis dan terbuka tanpa kehilangan landasan nilai wahyu sebagaimana kandungan surat Az-Zumar ayat 9.
Keadaban sosial, artinya mengedepankan keadilan, empati, dan kepedulian terhadap sesama tanpa membeda-bedakan latar belakang suku, agama, atau status sosial.
“Inilah napas gerakan Muhammadiyah, sebagaimana gerakan Al-Ma’un yang menolong, memberdayakan, dan menegakkan kemanusiaan,” tutur Yayan.
Ditegaskan,Tauhid sebagai fondasi spiritual peradaban, artinya Tauhid menegaskan bahwa seluruh kehidupan berpusat pada Allah sumber nilai,arah dan tujuan segala kemajuan.Tauhid melahirkan kesadaran moral dan tanggung jawab kemanusiaan, karena setiap amal adalah bentuk pengabdian kepada Tuhan. Peradaban yang berangkat dari Tauhid melahirkan etika kemajuan maju tanpa kehilangan arah kuat tanpa menindak, modern tanpa sekular.
Dalam konteks kekinian, Yayan menyoroti tiga tantangan besar yang menguji keadaban umat. Pertama, disrupsi digital yang dipicu perubahan ekstrem akibat teknologi, AI, dan globalisasi yang mengguncang nilai moral dan sosial.
Kedua, conservative turn atau menguatnya konservatisme dan skripturalisme yang menolak pembaruan serta menutup diri dari pluralitas. Ketiga, polarisasi sosial dan keagamaan, yang disebabkan fragmentasi akibat perbedaan tafsir ideologi, dan politik identitas, termasuk di ruang digital.
“Kita menghadapi banjir informasi tanpa adab, orientasi materialistis, dan klaim kebenaran tunggal. Di sinilah pentingnya Islam berkemajuan sebagai panduan menghadirkan keadaban baru dalam masyarakat,” jelasnya.
Ditambahkan,Islam Berkemajuan telah menjadi pikiran resmi Muhammadiyah melalui keputusan Muktamar, dan harus terus dihidupkan di semua tingkatan, bukan hanya di kalangan elite.
Internalisasi Islam Berkemajuan harus dilakukan secara sistematis hingga ke cabang dan ranting melalui kajian-kajian persyarikatan.
” Inilah yang akan menjadikan Islam Berkemajuan bukan sekadar wacana, tetapi gerakan nyata,” tegasnya.
Yayan mengapresiasi langkah Pengurus Cabang Muhammadiyah ( PCM)Depok telah mengadakan Baitul Arqam.(*/san)





